Minggu, 24 Mei 2009

mencoba menulis

SECANGKIR MUSIK KLASIK

Jam 8 malam, ku susuri jalanan yang gelap dan sunyi, untuk yang kedua kalinya di sebuah rumah mungil bergaya Eropa itu dan beberapa pohon semak bertengger di depannya, alunan musik piano klasik terdengar lembut, Couleur Tendresse tampak membelah malam. Tersentak aku seketika, setelah beberapa detik kembali tersadar dan melanjutkan langkah kakiku. Pasti seseorang yang berbakat dan lihailah yang sedang memainkannya. Tak ingin lebih lama memikirkannya, semenit kemudian aku tiba di depan rumah sewaan yang kurang dari 1 minggu ini kutempati. sambil mengeluarkan roti dan makanan-makanan ringan yang baru ku beli dari salah satu toko di ujung jalan, Lena, my housemate, memanggilku ke ruang tv,
"nis, acara masak di chanel Indonesia mau mulai tuh",
kami beruntung saluran tv di rumah kami sangat lengakap dan memjangkau seluruh dunia, acara yang di pandu Pak Bondan itulah acara yang dapat mengobati kerinduan kami pada masakan Indonesia, walaupun sesekali juga ada masakan Eropa. Dengan kata "ma'nyuss" yang dilontarkan sang pemandu acara kadang menggelitik kuping kami dan tak jarang kami mulai tertawa.

Aku dan Putri melanjutkan study magister kami di Inggris. Setelah wisuda strata 1, kami tidak mau menunggu berlama-lama dan langsung mengurus segala tetek bengek pendukung keberangkatan kami. Surat-surat sudah selesai diurus, dan kami pun segera terbang ke negeri Ratu Elizabeth tersebut. Musim dingin yang kami tunggu-tunggu, salju yang tampak mengasikkan khayalan telah turun sejak 2 minggu yang lalu. Baju hangat dan minuman jahe dari mama telah kami siapkan, winter! i'm coming!. Itulah kesenangan pertama yang menghiasi hati kami semenjak menginjakkan kaki di London. Tak ada kelas untuk musim dingin kali ini, memberikan ruang untuk hasrat shopping kami dan tentu saja untuk berwisata kuliner.
Rasa penasaran akan pianis misterius itu masih menghinggapi otakku. Diam-diam setelah ritual jalan-jalanku bersama Lena, aku mampir sebentar ke rumah yang sering menghadirkan alunan musik klasik itu. Siang itu, tak terdengar setitikpun suara dan aktivitas yang tampak dari dalam rumah, otakku berpikir, ah mungkin sang penghuni sedang pergi jalan-jalan. Kupalingkan badanku dari trotoar depan rumah itu lalu beranjak menuju 'tempat penampunganku'.
Sampai di rumah "lu kemana aja nis? gua mampir di toko majalah, elu malah ngilang" Lena tampak khawatir, maklumlah kami orang baru di daerah ini, bisa saja kemungkinan tersesat atau di culik menimpa kami.

Aku memang bukanlah orang yang berkecimpung di dunia musik klasik, tapi beberapa lagu klasik sedikit nempel di kepalaku, itu berkat hadiah cd yang diberikan sahabatku Randy saat ulang tahunku yang ke-16, maklum ia sedikit melankolis.
"tuh cd klasik bagus buat jiwa lo, kalo lu lagi rusak, mungkin lagu-lagu dari cd itu bisa ngobatin lu" lontar Randy diiringi gelagak tawanya yang renyah dan kadang membuatku rindu dengannya. Merasa tak terima
"sialan lu! lu kira gua udah stres apa?!" sahutku dengan nada kesal. Dan sekarang, musik klasik menjadi salah satu favoritku selain musik pop dan jazz, walaupun aku sama sekali tidak bisa memainkan instrumen klasik seperti piano, biola dan saudara-saudaranya. Musik klasik memang bisa menenangkan jiwa, hati dan pikiran.

bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar